BIOLOGI- KEANEKARAGAMAN HAYATI -PERTEMUAN 3
2. Persebaran fauna di wilayah Indonesia Timur (Australia)
Wilayah Indonesia bagian timur didominasi oleh tipe fauna australialis. Hewan-hewan yang ada di daerah ini di antaranya adalah Kasuari, Nuri, Parkit, Cendrawasih, Merpati Berjampul, Kangguru Wallabi, Kangguru Pohon, Anoa, dan Komodo.
3. Zona peralihan antara oriental dan australia
Zona peralihan ini terletak di antara zona oriental dan australia. Jenis fauna di wilayah ini sangat khas karena sifat-sifatnya mirip dengan fauna oriental maupun australia. Wilayah peralihan yang paling mencolok adalah pulau Sulawesi.
4. Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati
Dalam kehidupan sehari-hari keanekaragaman tumbuhan dan hewan dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia, baik itu kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder.
Kebutuhan primer manusia yang didapatkan dari alam ini di antaranya adalah kebutuhan sandang (ulat sutra, domba, dan kapas), pangan (serelia atau biji-bijian, umbi-umbian, sayur, buah, telur, daging, dan susu), papan (pohon meranti, pohon sengon, pohon jati, dan pohon mahoni), serta udara bersih yang didapatkan dari tumbuhan hijau.
Kebutuhan sekunder manusia yang bersumber dari keanekaragaman hayati misalnya transportasi (kuda, unta, dan sapi) dan sebagai sarana rekreasi (pepohonan, hutan, tanaman bunga, tanaman hias, keindahan bawah laut, dan hewan peliharaan).
Berdasarkan manfaat dari biodiversitas ini, maka keanekaragaman hayati memiliki berbagai nilai bagi manusia, yaitu
- nilai biologi,
- nilai estetika,
- nilai religius,
- nilai ekonomi
- nilai budaya, dan
- nilai pendidikan.
5. Pengaruh Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati
Kegiatan manusia yang berdampak postif pada keanekaragaman hayati antara lain adalah
- penghijauan dan reboisasi,
- pengendalian hama secara biologis,
- pemanfaatan hutan dengan menggunakan sistem RIL (Reduce Impact Logging),
- usaha pemuliaan hewan dan tanaman yang menghasilkan varietas tanaman dan hewan unggul, dan
- usaha-usaha pelestarian alam yang dilakukan secar eks-situ maupun in-situ.
6. Usaha Perlindungan Alam
6.1 Perlindungan Alam Umum
Perlindungan alam umum ini merupakan suatu tindakan untuk melindungi flora, fauna, dan tanah dari suatu ekosistem. Perlindungan alam umum ini diklasifikasikan menjadi:
- Perlindungan alam ketat (perlindungan dilakukan secara ketat tanpa adanya campur tangan manusia, contohnya Cagar Alam Sancang di Garut)
- Perlindungan alam terbimbing (perlindungan alam yang dibina oleh para ahli konservasi misalnya di Kebun Raya Bogor)
- Taman nasional (perlindungan alam yang memiliki berbagai tujuan dengan sistem zonasi, misalnya Taman Nasional Baluran di Jawa Timur
6.2 Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu
Perlindungan alam dengan tujuan tertentu misalnya:
- Perlindungan geologi (perlindungan yang bertujuan untuk melindungi formasi geologi tertentu)
- Perlindungan alam botani (bertujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu)
- Perlindungan alam zoologi (bertujuan untuk melindungi hewan langka atau hewan yang hampir punah)
- Perlindungan alam antropologi (bertujuan untuk melindungi suku bangsa di daerah remote, misalnya suku Asmat di Irian Jaya dan suku Badui di Banten)
- Perlindungan pemandangan alam (bertujuan untuk melindungi keindahan alam suatu daerah, misalnya Lembah Sianok di Sumatera Barat)
- Perlindungan monumen alam (bertujuan untuk melindungi benda-benda alam tertentu, misalnya stalaktit atau stalagmit di gua)
- Perlindungan suaka margasatwa (bertujuan untuk melindungi hewan yang terancam punah, misalnya harimau, badak, atau gajah)
7. Klasifikasi Keanekaragaman Hayati
Klasifikasi ini sangat penting dalam mengenali makhluk hidup. Cabang ilmu biologi yang mempelajari hal ini adalah taksonomi. Klasifikasi ini juga dibuat agar suatu makhluk hidup memiliki nama yang sama di setiap daerah di belahan bumi ini
7.1 Tujuan dan Manfaat Klasifikasi
Klasifikasi atau pengelompokan makhluk hidup ini bertujuan agar makhluk hidup sebagai objek studi menjadi lebih mudah untuk dipelajari. Kegiatan klasifikasi ini juga sudah ada sejak manusia ada, dahulu kala manusia mungkin hanya mengelompokan makhluk hidup menjadi hewan dan binatang saja, namun sekarang sistem klasifikasi sudah sangat kompleks.
Manfaat klasifikasi bagi manusia adalah:
- untuk memudahkan penelitian dan memberi nama spesies-spesies yang baru ditemukan,
- untuk dipelajari agar keanekaragaman hayati tetap terjaga, dan
- untuk mengetahui hubungan antara organisme satu dengan lainnya.
7.2 Proses Klasifikasi
Proses klasifikasi ini berdasarkan tingkat kekerabatan dan kesamaan antar makhluk hidup. Misalnya sapi dan kerbau memiliki bentuk yang memiliki banyak kesamaan oleh karena itu termasuk ke dalam kelompok mamalia.
7.3 Tata Nama Makhluk Hidup
Hingga pada abad ke-18 nama-nama suatu spesies masih menggunakan bahasa latin yang panjang. Setelah itu Carolus Linnaeus memperkenalkan sistem penamaan spesies yang baru, yaitu sistem binomial yang menggantikan sistem penamaan polinomial yang panjang.
Sistem penulisan spesies yang dikembangkan oleh Linnaeus sampai saat ini masih dipakai oleh para ahli taksonomi. Prinsip dari sistem binomial ini adalah:
- Menggunakan bahasa latin
- Menggunakan kategori
- Menggunakan dua kata
Dalam pengklasifikasiannya, makhluk hidup dikelompokkan dalam kelompok besar hingga kelompok kecil yang disebut dengan takson.
Kategori yang digunakan oleh Linnaeus kala itu adalah kingdom, filum atau divisi, kelas, ordo, suku, genus, dan spesies. Klasifikasi ini berdasarkan ciri-ciri umum yang kemudian semakin rendah tingkatan takson maka makhluk hidup dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang khusus.
7.4 Penamaan Tingkat Takson
Terdapat beberapa aturan untuk menamai suatu tingkatan takson makhluk hidup.
1. Nama jenis atau spesies
Berikut adalah ketentuan dalam penulisan suatu spesies makhluk hidup:
- Huruf pertama yang menunjukan marga ditulis kapital dan kata kedua yang menunjukan spesies ditulis huruf kecil semua (contohnya Macaca fascicularis).
- Jika ditulis tangan, kata pertama dan kata kedua diberi garis bawah (Paraserianthes falcataria). Jika dicetak maka nama spesies dicetak miring (Paraserianthes falcataria).
- Jika nama penunjuk jenis lebih dari satu kata maka gunakan tanda hubung (Hibiscus rosa-sinensis).
Nama jenis hewan yang lebih dari tiga kata tidak menggunakan tanda sambung dan untuk penulisan varietas menggunakan huruf “var.” sebelum nama varietasnya (Hibiscus sabdarifa var. alba).
Jika kata penunjuk jenis merupakan nama dari penemunya maka ditambahkan huruf (i), misalnya Pinus merkusii yang ditemukan oleh Merkus
Nama marga atau genus terdiri atas satu kata tunggal. Awal huruf dari kata yang menunjukan marga ditulis kapital
.2. Nama genus
Nama marga atau genus terdiri atas satu kata tunggal. Awal huruf dari kata yang menunjukan marga ditulis kapital.
3. Nama suku
Nama suku diambil dari nama genus dengan ditambahkan akhiran -aceae untuk tumbuhan dan akhiran -idae untuk hewan (misalnya Solanaceae).
4. Nama ordo
Nama ordo pada tumbuhan diberikan akhiran -ales, sedangkan untuk hewan tidak ada aturan khusus.
6. Nama filum atau divisi
Nama divisi biasanya diberi akhiran suku kata -phyta, namun pada hewan tidak ada aturan yang khusus.
Nama suku diambil dari nama genus dengan ditambahkan akhiran -aceae untuk tumbuhan dan akhiran -idae untuk hewan (misalnya Solanaceae).
4. Nama ordo
Nama ordo pada tumbuhan diberikan akhiran -ales, sedangkan untuk hewan tidak ada aturan khusus.
5. Nama kelas
Nama kelas pada tumbuhan biasanya diberi akhiran -opsida, namun pada hewan tidak ada aturan tertentu.
UNTUK MEMAHAMI MATERI PERTEMUAN 1 DAN 2 KERJAKAN TUGAS DENGAN KLIK DISINI
0 Response to "BIOLOGI- KEANEKARAGAMAN HAYATI -PERTEMUAN 3"
Posting Komentar